Tim riset di Politeknik Negeri Semarang (Polines) berhasil menciptakan sebuah inovasi prototipe sistem alat untuk membantu perkembangan bunga anggrek.
Tim riset Polines yang diketuai salah satu dosen Jurusan Elektronika Polines, Helmi ini telah menerapkan inovasinya di Green House Von Florist, Bandungan, Kabupaten Semarang.
“Ada lima parameter yang terpantau melalui prototipe ini, yaitu suhu greenhouse, kelembaban, intensitas cahaya matahari, NPK (nitrogen, phosphor, kalium), dan juga visual dari green house. Prototipe sistem yang kami buat ini bisa mengatur suhu sesuai keinginan pengguna dari jarak jauh,” katanya pada tim Jatengnews.id, Rabu (30/11/2022).
Helmi menuturkan pembuatan sistem ini tidak terlepas dari keluhan yang disampaikan salah satu mitranya yakni Von Florist. Menurutnya, Von Florist selain memiliki outlet penjualan bunga anggrek juga memiliki green house yang digunakan untuk pembungaan.
“Disana itu ada permasalahan, yaitu 10 persen bunganya biasanya mengalami kenopnya kuning. Jadi pembungaan tidak bisa maksimal, bahkan ada yang mati dan sebagainya,” ujarnya.
Helmi melanjutkan bahwa permasalahan ini dikarenakan anggrek tidak merasa “nyaman” dengan lingkungan di sekitarnya. Oleh karena itu, timnya memutuskan menciptakan prototipe untuk memantau sekaligus mengatur parameter salah satunya suhu untuk green house.
Setelah sistem prototipe ini tercipta, Helmi mengutarakan bahwa permasalahan kerusakan tanaman sebesar 10 persen sebelumnya bisa ditekan menjadi 5 persen. Lebih lanjut disampaikan bahwa riset ini merupakan hasil pendanaan Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Helmi menuturkan keberhasilan terciptanya prototipe alat pemantau dan pengatur parameter pertumbuhan anggrek ini tidak terlepas juga dari dukungan Direktur Politeknik Negeri Semarang, Prof. Totok Prasetyo.
Helmi mengungkapkan bahwa proposal pembuatan prototipe ini merupakan salah satu dari 66 proposal yang diterima dari sekolah vokasi seluruh Indonesia, padahal pendaftar sendiri mencapai angka 600-an.
“Kontraknya sendiri mulai dari tanggal 25 November 2021 sampai 25 November 2022, jangka waktunya setahun,” ujarnya.
Menurut Helmi, keunikan dari prototipe yang dibuat oleh timnya ialah node-node yang dipasang di beberapa area, tidak hanya berpusat di satu titik. Node-node ini nantinya menjadi pendeteksi sekaligus pengatur suhu untuk green house yakni menggunakan drum fan.
Tidak hanya bermanfaat bagi pemilik green house, inovasi ini menjadi manfaat tersendiri bagi mahasiswa yang ikut terlibat dalam riset. Helmi menuturkan bahwa semua tahapan pembuatan riset turut melibatkan mahasiswa yang nantinya juga dijadikan topik tugas akhir.
Menurut Helmi, mahasiswa yang mengikuti riset bisa lulus lebih cepat dan juga mendapatkan kerja terlebih dahulu.
“Ketika mereka sudah selesai sidang tugas akhir, menyelesaikan revisi dan sebagainya, kan tinggal satu mata kuliah saja yang dia belum selesai. Itu dia sudah bisa mengajukan kerja. Dengan bekal surat dari kaprodi (yang berisi) sudah menyelesaikan sidang tugas akhir. Itu belum lulus saja sudah bisa diterima kerja di Telkomsel,” sambungnya.
Terkait riset yang dilakukan timnya, Helmi mengaku bahwa prototipe ciptaannya tidak terbatas hanya bisa dimanfaatkan untuk tanaman anggrek saja. Menurutnya, sistem alat ciptaannya ini bisa diterapkan di tempat yang membutuhkan pengaturan mendinginkan suhu dan bisa dipesan langsung.
“Penggunaannya gampang. Setelah instalasi alat, tinggal install aplikasi, sudah ada di Google Play Store, login, tinggal lihat dan bisa memantau parameter di green house sekaligus bisa mengatur suhu,” pungkasnya. (Nizar-01)